Perjuangan Relawan Pulihkan Mental Pasien COVID-19 dengan Terapi Psikososial
Pergi bolak-balik dari tempattinggalnya di Pudakpayung Banyumanik ke arah Rumah Dinas (Rumdin) Wali Kota Semarang, bukan kasus gampang untuk Kurniake Karismawan. Saban hari Rabu atau Jumat sore, dia terus meningkatkan kendaraannya ke arah Rumdin Wali Kota yang jadi tempat isolasi untuk beberapa pasien COVID-19.
Semenjak 4 bulan akhir, dia punyai kegiatan rutin tambahan dengan ke Rumdin di Jalan Abdurahman Saleh, Kalipancur, 3x seminggu.
Ake, panggilan akrabnya tidak tiba-tiba tiba ke Rumdin. Ke tengah Juni lalu dia terdorong menolong mengobati beberapa pasien COVID-19 yang tengah diisolasi di Rumdin Wali Kota.
Ringkas, dengan kegiatannya itu, Ake jadi punyai aktivitas lain. Selaku alumnus Fakultas Psikologi, dia memainkan pekerjaan jadi dosen Kampus Katolik (Unika) Soegijapranata, psikolog serta jadi sukarelawan perlakuan pasien COVID-19.
Waktu terlibat perbincangan, Ake akui apakah yang dia lakukan di Rumdin sebuah visi sosial. Dia tulus menolong mengembalikan situasi psikis pasien COVID-19 dengan bermacam langkah therapy.
Salah satunya therapy yang dia tunjukkan ke IDN Times ialah saat dia memberikan fotonya waktu menggenggam tasbih di depan pasien yang tengah jalani kegiatan kesehatan. Sepintas, dia memeragakan duduk bersila seperti berzikir. Tetapi Ake mengatakan itu cara yang diberi nama therapy meta.
"Memang serupa zikir. Tetapi itu namanya therapy meta. Dapat ngajari agar nafasnya tenang," kata Ake ke Jumat (24/10/2020).
Dia menyebutkan jika cara tersebut terhitung dalam therapy psikososial. Untuk mengoptimalkan therapy untuk pasien COVID-19, dia ditolong 5 mahasiswanya di Unika.
"Saya terdorong mengembalikan kesehatan beberapa orang yang terkena COVID-19 sebab semata-mata dari dalam hati. Saya pengin tolong mereka bikin tingkatkan skema imun badannya. Dengan itu, mereka dapat pulih serta cepat pulang ke rumah," katanya.
Umumnya beberapa pasien COVID-19 yang diisolasi di Rumdin punyai beberapa masalah psikis. Ake menjelaskan pasien COVID-19 yang diisolasi di Rumdin alami masalah sulit tidur. Mereka dirundung kecemasan terlalu berlebih sebab pikirkan tanggapan tetangga serta keluarganya.
suso wajib keluar zona nyaman "Umumnya pasien sulit tidur, cemas memikirkan tetangga tempat tinggalnya responnya bagaimana, kuatir sama situasi keluarga yang ditinggal. Walau sebenarnya, jika skema imunnya rendah karena itu pulihnya dapat juga lama. Jadi tingkat kesembuhan pasien COVID-19 bergantung ke bagaimana semasing tingkatkan ketahanan badannya,".
Semenjak turut tangani pasien COVID-19, Ake menyaksikan situasi Rumdin terus penuh. Pasien yang dirawat dari beberapa umur, pekerjaan. Mulai muda-mudi, ibu-ibu, bapak-bapak, lanjut usia bahkan juga ada beberapa anak. Tiap hari ada yang tiba serta pulang.
Dia memprediksi peluang semenjak COVID-19 mewabah, telah ada beberapa ribu orang yang dirawat di tempat itu. "Kemampuan tempat isolasinya optimal 120 orang. Serta yang menempati beberapa macam. Di antara 80 sampai 90 orang. Tiap hari full. Yang beberapa anak seputar 5-10 orang. Keadaannya tidak ada yang kronis," tegasnya.
Therapy psikososial yang dia beri meliputi program konseling. Tiap pasien berbagai desakan psikis yang menimpa di pemikirannya, teratur mendapatkan konseling agar menumpahkan keluh kesahnya. Misalkan, dia mendapatkan pasien yang pengin sharing sepanjang beberapa saat.
Dengan konseling juga, tiap pasien disuruh menegur serta kenal keduanya. "Ya dengan demikian, keluhannya dapat diluapkan. Mereka dapat share narasi dengan pasien lain. Mereka dapat sama-sama mengenal. Jadi semakin dekat. Dapat bersilahturahmi. Punyai keluarga baru di situ. Serta sesudah konseling, pasien dapat tidur nyenyak," akunya.
Dari tiap tingkatan therapy, Ake sering mendapati masalah kekhawatiran serta perombakan fisik ke pasien COVID-19. Mulai, susah berkelanjutan, kerap menangis, ada rambutnya yang rontok, menyambat dadanya berasa panas sampai alami stres.
"Ada yang keadaannya biasa saja sebab ia OTG. Ada yang sampai stres. Itu sebab ia memikirkan mengapa penyakitnya sepanjang 30-35 hari tidak pulih-sembuh. Lagi kita saksikan keadaannya turun, ia nangis lagi. Jadi therapy medisnya beberapa macam. Untuk mengembalikan mental pasien seputar 2 minggu sampai 2 bulan," kata Ake.
Agar menyemangati beberapa pasien, dia kerap mengadakan kegiatan rileksasi otot. Agar yang sebelumnya capek serta jemu, bisa saja santai serta rileks. Lalu faksinya ajak seluruhnya pasien COVID-19 bermain bersama.
Agenda therapy diawali jam 16.00-18.00 WIB sore. "Itu aktivitas massal. Semua yang dirawat di Rumdin harus turut. Lagi diselingi sama banyak permainan agar mereka terhibur serta tertawa terlepas. Jam 1/2 5 kita beri therapy massal. Terhitung rileksasi. Kemudian diberi acara permainan kembali. Malamnya langsung istirahat serta makan bersama-sama," terangnya.
Ake menjelaskan peluang therapy psikososial yang diberi sukarelawan COVID-19 bisa saja salah satu yang berada di Jawa tengah bahkan juga Indonesia. "Jika di Wisma Olahragawan Jakarta kan dari organ karier. Jika di Rumdin Semarang betul-betul dari pergerakan relawan," katanya.
Ake mengharap agar masyarakat Semarang sepanjang wabahk seharusnya mempererat prosedur kesehatan sama standard COVID-19. Karena, penyebaran COVID-19 dapat berlangsung dimanapun, kapanpun serta seluruh orang dapat terjangkit. "Yang sehat serta masih kerja, tolong gunakan ketentuan COVID-19 yang betul. Gunakan masker, menjaga jarak serta bersihkan tangan yang teratur buat kurangi risiko penyebaran," tuturnya.
Terpisah, Gubernur Jawa tengah, Ganjar Pranowo menyarankan seluruhnya puskesmas di kabupaten/kota supaya aktif lakukan tracing ke warga. Dia memandang puskesmas selaku ujung tombak perlakuan COVID-19.
"Mengapa puskesmas, sebab ini front servis kesehatan yang sangat depan. Jika memercayakan Dinas Kesehatan, ini tidak akan mampu sebab coverage tempatnya begitu besar," katanya.
Puskesmas menjadi kemampuan yang dapat dimaksimalkan buat memutuskan mata rantai penebaran COVID-19. Tiap puskesmas direncanakan untuk lakukan tracing ke 103 orang. "/hari harus ada 103 orang yang diswab hasil dari tracing. Sampai minggu tempo hari, sudah semua berjalan baik, rerata 89 % puskesmas sudah penuhi sasaran itu," ujarnya.
Pemerintahan lewat Unit Pekerjaan Perlakuan COVID-19, mengadakan kampanye 3 M : Pakai Masker, Menghindar Keramaian atau menjaga jarak fisik serta rajin Membersihkan tangan dengan air sabun yang mengalir. Bila prosedur kesehatan ini dilaksanakan dengan disiplin, diinginkan bisa memutuskan mata rantai penyebaran virus. Jalankan pola hidup 3 M, akan membuat perlindungan diri kita serta orang di seputar kita.